Dalam libur musim kompetisi Eropa 2012/2013, sebagian pemain yang negaranya menjadi peserta Piala Konfederasi di Brasil maupun Piala Eropa U-21 di Israel masih harus menggunakan sisa-sisa tenaga mereka demi menjadi yang terbaik di turnamen. Bagi para penikmat sepak bola, setidaknya turnamen-turnamen ini menjadi “pendinginan” bagi adrenalin agar tidak terlalu kaget ketika libur sepak bola tiba.
Bagi penikmat sepak bola di Indonesia yang kadung kecanduan sepak bola, tidak perlu khawatir. Mulailah meluangkan waktu menyaksikan liga Indonesia, lebih bagus lagi nonton langsung ke stadion. Saat Liga Super Indonesia mulai memasuki fase-fase krusial, bahkan kita masih akan disuguhi kehadiran bintang-bintang dunia ke negara kita. Pertunjukan hiburan mahal yang memang ditunggu-tunggu para penggemar. Saya tidak hendak mengomentari faedah maupun mudarat kegiatan pertandingan anjangsana ini karena hal ini memang semata konsekuensi logis dari globalisasi dan komersialisasi sepak bola.
Jika bicara komersialisasi dan globalisasi, rasanya klub Manchester United adalah contoh sempurna. Didaulat sebagai klub dengan pendukung paling banyak di dunia, juga terus mendominasi predikat The Most Valuable Soccer Club versi majalah Forbes (sebelum digeser Real Madrid tahun ini), Manchester United adalah potret klub sukses yang mampu menggabungkan kesuksesan di lapangan dengan popolaritas di luar lapangan. Tidak hanya teknis sepak bola yang mereka urusi, tapi juga manajemen klub yang solid benar-benar mereka praktekkan. Simon Kuper dan Stefan Szymanski mungkin boleh bilang jika bisnis sepak bola adalah salah satu bisnis terburuk di dunia, namun mereka juga mengakui bahwa di antara sekian banyak kebobrokan finansial yang melanda klub-klub sepak bola, Manchester United muncul sebagai satu dari sedikit klub yang kini konstan meraup profit (di luar klub-klub Bundesliga tentunya).
Laporan Keuangan Hingga Quarter 3 2012-2013
Meski baru saja mengunci titel Liga Inggris ke 20, sebuah pengumuman kembali kita dengar soal kondisi keuangan klub ini. Dalam laporan keuangan kuartal ketiga tahun 2012-13 yang menggambarkan kondisi keuangan klub dalam rentang Januari 2013 hingga Maret 2013 saja, United telah mengukir pendapatan 91,7 juta pounds, atau meningkat hampir 30% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pendapatan ini diukir lewat pertumbuhan drastis dari sisi komersial (32%), match day revenue (28%) dan hak siar (28%).
Peningkatan ini masing-masing diperoleh dari hasil di lapangan. Manchester United memiliki laga kandang lebih banyak berkat keberhasilan mereka melangkah lebih jauh di Cup Competition yaitu Piala FA dan Liga Champions hingga ke babak 16 besar saat mereka rontok di tangan Real Madrid. Keberhasilan dalam hal peningkatan pendapatan komersial juga diukir klub ini, di mana peningkatan 32% tersebut berasal dari peningkatan nilai sponsorship dan merchandising. Yang hebat, Manchester United sudah mulai menerima tambahan 11 juta pound per tahun dari Chevrolet. Meski pabrikan ini baru menjadi sponsor utama musim 2014/2015, namun United mengamankan 11 juta per musim dalam dua tahun sebelum masa kerjasama dimulai.
Meski akan menggunakan Chevrolet sebagai sponsor utama, namun kerjasama United dengan Aon tetap berlanjut. United melanjutkan kerjasama sponsorship dengan Aon dalam penyediaan kit & supplier training, training center dan tour partner selama 8 tahun ke depan. Hal ini menyimpulkan kenaikan 52% pendapatan sponsorship yang diterima United.
Di masa depan, United yang kehilangan sosok Sir Alex Ferguson masih dapat memandang optimistis dari sisi keuangan. Nilai kerjasama kit supplier Nike yang sekarang mencapai 25 juta pound per tahun dikabarkan akan meningkat, meski belum diketahui pasti berapa jumlahnya. Biaya gaji memang masih menduduki prosentase biaya tertinggi yaitu 47%, hal yang meningkat 1% ketimbang tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan nilai kontrak pemain dan kedatangan pemain-pemain baru. Biaya lain-lain juga meningkat dikarenakan meningkatnya jumlah partai kandang yang mereka lakoni.
United, meski banyak mengukir pertumbuhan dalam finansialnya selama setahun ini masih cukup terganggu oleh pembayaran bunga hutang mereka terkait akuisisi yang dilakukan Malcolm Glazer tahun 2005 lalu. United sempat harus membayar bunga plus pokok hutang 60 juta pound.
Jika sedikit diproyeksikan hingga setahun, United akan memperoleh pendapatan di atas 350 juta pound, yang berarti akan tetap menempatkan mereka sebagai tim tiga besar dengan pendapatan tertinggi. Meski posisi mereka masih berada di bawah Barcelona dan Real Madrid (yang mungkin akan mengukir 500 juta), namun mereka akan mampu memperkecil jarak tersebut.
Dari sisi biaya gaji, dalam 9 bulan ini United membayar 129,4 juta pounds. Di akhir musim, jumlah ini dapat melonjak menjadi 160 juta pound. Dibandingkan dengan Borussia Dortmund misalnya, biaya gaji mereka lebih banyak dua kali lipatnya. Namun mengingat prosentase biaya gaji mereka dengan pendapatan masih kecil, maka besar biaya gaji tersebut masih berada pada level yang cukup aman. Jika kebijakan Salary Cap jadi digulirkan EPL, tidak akan menjadi masalah bagi United.
Restrukturisasi Hutang
Masa depan cerah dalam perspektif finansial akan mendatangi United. Di samping nilai sponsorship yang selalu meningkat, perjanjian hak siar baru akan membuat pundi-pundi kekayaan United kian bertambah. Hal itu masih belum ditambah sebuah faktor penting, yaitu restrukturisasi hutang.
United berhasil menegosiasikan penurunan tingkat bunga hutang mereka hingga 2,78%. Hal ini dapat mengurangi total hutang United hingga 10 juta pounds per musim dari total 300 juta lebih hutang mereka kini. Dengan demikian, dalam waktu 5-6 tahun, hutang United akan lunas. Sebuah manuver yang luar biasa.
Peningkatan performa keuangan ini dipercaya dapat memberi mereka tambahan untuk berbelanja di bursa transfer. Dalam peta persaingan di EPL, United kini memang dikelilingi kekuatan baru dengan sokongan finansial kuat seperti Manchester City dan Chelsea. Belum lagi jika berbicara soal Arsenal yang mulai banyak berbelanja, buah dari penghematan mereka akibat pembayaran cicilan pembangunan Emirates Stadium selama bertahun-tahun. Gunners berpotensi meledak jika benar mereka mampu merealisasikan target belanja pemain yang mereka canangkan.
Peningkatan pendapatan plus penurunan pembayaran bunga akan menyebabkan performa keuangan United kian solid saja. Awal musim lalu, United menggelar IPO yang tujuan utamanya adalah meringankan beban bunga mereka. Dengan kepiawaian orang-orang Glazer, entah skema canggih atau kejutan-kejutan yang bagaimana lagi akan dilakukan oleh mereka.
Pengusaha kapitalis membentuk modern football, menjadikan sepak bola semakin jauh dengan publik dengan mahalnya harga tiket, biaya berlangganan televisi, meningkatnya harga merchandise, dan lainnya. Dalam kasus Glazer ini, awalnya ia membebani klub dengan hutang, namun pelan-pelan memperbaiki keadaan. Kian mendunianya nama United dan meningkatnya pendapatan setiap tahunnya juga andil dari Glazer. Sebuah antitesis coba diciptakan Glazer untuk merebut simpati pendukung? Anda yang tentukan sendiri.